Sejarah singkat Desa Segong
Desa Segong merupakan desa yang wilayahnya
amatlah Luas. Asal usul Desa Segong menurut Cerita orang tua zaman dahulu, Desa Segong semula bernama Cipancur.
Wilayah cipancur ini dahulu berada diwilayah dataran bawah jauh dari tempat sekarang
masyarakat bermukim dan berada dipinggiran sungai. Pada zaman dahulu di wilayah
Cipancur ini berdirilah beberapa rumah yang hanya dihuni oleh beberapa
masyarakat saja.
Sebelum terbentuk Desa Segong, wilayah ini
bernama Cipancur yang jumlah penghuninya masih sedikit. Konon berdasarkan
cerita para sesepuh Desa Segong mengisahkan bahwa sekitar abad 16M, awal mula
nama Desa Segong berasal dari kisah datangnya para Syeh. Dimana Syeh ini
berjumlah 9 (Sembilan) orang yang berasal dari berbagai pelosok negri, yaitu
seperti Mataram, Demak, Kudus, Pribumi (Kuningan), Cirebon. Kesembilan Syeh
dari berbagai pelosok negeri ini datang ke wilayah Cipancur bertujuan untuk
menyebarkan ajaran agama islam, karena memang seperti yang kita ketahui pada
tempo dulu banyak tersebar ajaran agama Hindu-Budha, maka dari itu menyebarlah
para Syeh untuk menyebarkan agama Islam seperti ke wilayah cipancur ini.
Seiring berjalannya kehidupan bermasyarakat
antara masyarakat cipancur dengan ke Sembilan syeh pada tempo dulu, yang bisa
dibilang rukun dan terjalin dengan sangat harmonis. Kemudian tersiar kabar ada
2 (dua) orang kakak beradik dari kerajaan lain yang diketahui bahwa itu
merupakan dari kerajaan Demak yang sedang beradu jajaten (kesaktian), dimana
kakak beradik ini beradu kesaktian dengan cara mencari dan membuat jalan air
dari suatu wilayah ke sebuah gunung. Mendengar kabar yang tersiar tersebut,
para Syeh (9 orang) langsung merenung dan berfikir tentang kabar tersebut.
Dimana apabila kerajaan tersebut melintas dan memperbesar serta membendung
sungai dekat dengan wilayah Cipancur maka tidak lama kemudian wilayah tersebut
akan tenggelam, hancur dan tidak ada.
Mendengar kabar tersebut dan selesainya berunding
bersama syeh-syeh yang Sembilan orang tersebut, maka ke Sembilan syeh ini
mengajak dan meminta masyarakat cipancur yang berada dipinggiran sungai agar
pindah ke wilayah lebih tinggi supaya terhindar dari bencana air meluap, karena
berdasarkan kabar berita setelah dibuatnya jalan air yang besar itu, Sungai
didekat wilayah Cipancur ini akan dibendung dan Khawatir akan meluapnya air
tersebut ke wilayah cipancur.
Berdasarkan ajakan yang sangat ramah dan perlahan
yang dilakukan oleh ke Sembilan Syeh, akhirnya setelah beberapa kali
mengabarkan, dan mengajak masyarakat dan sesepuh cipancur mau mendengarkan
apa-apa yang dikatakan oleh Syeh dan secara tidak langsung masyarakat cipancur
berpindah ke tempat yang lebih tinggi, dan ditempat yang lebih tinggi dibuatkan
balai untuk berkumpul dan juga Masjid untuk beribadah oleh ke-9 Syeh yang
berdumuk diwilayah Cipancur ini.
Akhirnya perjalanan bermasyarkat dan bersosial
masyarakat dengan para syeh berjalan dengan harmonis, makmur, sejahtera, dan
juga masyarakat merasakan kebaikan dari para Syeh yang merasa masyarakat telah
terbantu dan terperhatikan oleh para Syeh karena sudah tertolong dari bencana
meluapnya air, dari sanalah orang-orang mengganti dan memberikan nama baru yang
tadinya bernama Cipancur diganti menjadi “Syeh-Agung”. Yang mana hal itu
berarti wilayah tersebut merupakan wilayah yang diselamatkan dan dibuka oleh
para syeh yang amat besar pemikirannya. Jadi pada intinya berarti Desa yang
wilayahnya terdapat Syeh-syeh (9 orang) yang berjiwa besar.
Dari sejak itu wilayah Cipancur bernama
“Syeh-Agung”, yang sampai sekarang seiring perjalanan waktu nama Desa ini
berganti-ganti sesuai dengan EYD bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi
Shyehgoongh, Shegoongh, Segoongh, dan Segong sampai dengan sekarang.
Dan seiring berjalannya waktu, masyarakat
Segoongh sering berkumpul dibalai yang kemudian balai tersebut berganti nama
menjadi balai desa, dan dimana setiap balai itu harus memiliki seorang kepala
balai maka dibentuklah dan dipilihlah kepala balai yang pertama yaitu kuwu
Ireng. Kuwu ireng merupakan kuwu yang sangat tegas dan bijaksana terhadap
masyarakatnya, beliau membuka lahan pekerjaan berupa lahan pertanian untuk
masyarakatnya dan beliau juga banyak membeli tanah untuk memperluas wilayah
Desa Segong.
Dulu desa segong termasuk desa yang paling
luas diantara desa-desa yang ada pada masanya, luas desa segong hampir tiga
kali lipatnya dari luas desa segong sekarang, Menurut cerita sesepuh desa
segong, yang pada masa itu sebagai orang yang tahu dan terlibat dalam
kepemerintahan desa segong tersebut yang pada itu dikepalai oleh seorang kuwu
yang bernama kuwu Ireng.
Namun akibat dari perjanjian kuwu tersebut
diatas karena merasa terlalu luasnya daerah yang dia pimpin membuat suatu
saembara atau perjanjian dengan ucapan yang menurut cerita pembagian wilayah
desa dengan menggunakan suara cambuk (cemeti) yang pada saat itu suara cambuk
sang kuwu sampai terdengar jauh keluar desa sehingga suara cambuk tersebut
dijadikan patokan ciri dari luas wilayah desa oleh kuwu tersebut. Kuwu Ireng
memutuskan sampai dimana suara cambuk tersebut itu adalah luas daerah
kekuasaannya, dan diluar itu bukan daerahnya. Sampai berdirinya patok-patok
daerah desa, yang sampai saat ini dijadikan batas wilayah desa.
Sayembara Kuwu ireng tersebut terjadi
ketika masyarakat Segong tempo dulu sedang melakukan pesta rakyat setelah panen
raya, kemudian datang dari wilayah barat (ciwaru) yang membawa kabar berita dan
menyampaikan kepada Kuwu Ireng bahwa di wilayah Ciwaru ada yang meninggal
Dunia. Karena merasa sedang nanggung dan cuaca sudah larut malam. Akhirnya
keputusan singkat dan cepat yang diambil oleh Kuwu ireng memerintahkan agar
segera menguburkannya dan segala urusannya diurus belakangan. Karena merasa
capek dan terlalu luasnya wilayah Segoong maka tercetuslah Sayembara tersebut.
Sampai berakhirnya jabatan kuwu Ireng
tersebut dan turun kepada putra pertamanya yaitu kuwu Natta, dan terus
berlanjut keputranya yaitu kuwu Aman nata dijaya, terun ke a. syarifudin, Edi
dadang, Bahrudin dan sampai saat ini dijabat oleh Dede rukman yang
kepemimpinannya berubah menjadi kades (kepala desa) sampai tahun 2016.
SUSUNAN PEMERITAHAN
Susunan Pemerintahan
tidak tercatat tahun dari awal, karena terbatas Informasi yang bisa
dihimpun, susunan pemerintahan Desa Segong Yang tercatat adalah
:
1.
Kuwu Ireng semasa hidup
2.
Kuwu nata semasa hidup
3.
Kuwu Aman nata Dijaya Tahun 1962 s/d 1986
4.
Kuwu Ahim Syarifudin Tahun1986 s/d 2001
5.
Kades Edi dadang Tahun 2001 s/d 2006
6.
Kades H Bahrudin Tahun 2006 s/d 2010 separuh perjalanan karir
7.
Kades Dede Rukman Tahun 2010 s/d 2015.
8.
Pj. Kades Jusroni Tahun 2016.
9.
Pj. Kades Carlan Tahun 2017.
10.
Kades Memed Moh Husen (Sbg. Kepala Desa Terpilih Tahun 2017).
Perowi :
Bpk. Casmadi.
Penulis :
Ade Mulyana Rahman
0 Post a Comment:
إرسال تعليق